Bienvenue......Selamat datang

hai.. selamat datang di "Our Pandora", disini rie jadi editor nya.
klo mau tau penulis aslinya.. just klik about page

Antara memberi warna atau noda..

by Salty Fish
on March-April 2010

Beberapa minggu belakangan ini headline berita yang menjejali hampir seluruh surat kabar, majalah, dan stasiun televisi sepertinya kompak bercerita tentang seorang (oknum) pegawai dirjen pajak (dibawah departemen keuangan).

Orang (pegawai) biasa yang bisa memiliki harta dengan jumlah luar biasa. Saya sendiri tak terlalu tertarik mengikuti kasusnya, apalagi jika sudah disangkut-pautkan dengan dunia politik..

Hal yang membuat saya tertarik justru bagaimana orang biasa itu bisa berubah. Ordinary man becomes extraordinary man..



Penuturan dari orang tua pegawai tersebut yang saya baca disurat kabar dan saya lihat ditelevisi, menggambarkan bahwa dia dulu-nya adalah orang biasa.
Cerita bagaimana perkembangan anak dari orang tua yang biasa-biasa saja pula. Menurut saya, dia Tipikal yang standar dari anak indonesia; rajin, tekun, gemar menabung dan..(hehehe.. ga perlu dilajutkan sifat-sifat baik seterusnya..).

Cerita jaman dahulu dari si-anak kecil hingga tamat kuliah menurut saya standar-standar saja.. tak ada yang istimewa. Lalu.. bagaimana seseorang bisa berubah? Apakah rumus baku kriminalitas berlaku? Ada Niat dan Ada Kesempatan, maka ada kejahatan. Saya yakin, anda paham yang saya maksud.. toh rasanya program-program berita kriminal terus-menerus mengingatkan rumus itu.. ;)

Saya teringat pada sebuah cerita.. Entah cerita ini mempunyai relevansi atau tidak dengan apa yang terjadi dengan cerita diatas. Yang Jelas ini hanya sebuah cerita..


Alkisah sebuah keluarga yang terdiri dari seorang bapak dan anak laki-lakinya yang beranjak remaja. Keluarga ini melakukan perjalanan jauh kesuatu negeri antah berantah. Perjalanan yang jauh memaksa mereka membawa banyak barang keperluan. Hanya saja, mereka tak cukup kaya untuk membeli kuda atau membuat kereta untuk membawa keperluan mereka. Yang mereka punya hanyalah seekor keledai tua. Jadilah mereka berpergian dengan keledai tua itu.

Mereka berjalan kaki sambil menuntun keledai yang membawa barang bawaan mereka. Tibalah mereka disebuah perkampungan. Di perkampungan itu mereka mendengar bisikan-bisikan tak menyenangkan dari warga kampung itu..
“Betapa bodohnya mereka..!, bukankah keledai untuk ditunggangi? Perjalanan masih jauh.. mengapa mereka berjaan kaki??” Begitulah bisikan-bisikan dari warga kampung yang membuat telinga mereka panas.
Mereka pun melanjutkan perjalanan..

Ditengah perjalanan mereka berdiskusi. Mereka kemudian menuruti apa yang dikatakan penduduk kampung. Sang anak mengalah, dan mengajukan diri menuntun keledai yang ditunggangi bapaknya sambil berjalan kaki. Tibalah mereka di perkampungan lainnya. Di perkampungan itu mereka mendengarkan celotehan dari warga kampung yang memerahkan telinga..
“Betapa teganya Sang Bapak.. Dia asyik menunggangi keledai, tetapi anaknya dibiarkan berjalan kaki menempuh perjalanan jauh..” Celotehan itu membuat mereka tak berlama-lama dan melanjutkan perjalanan mereka.

Ditengah-tengan perjalanan mereka kembali berdiskusi. Kali ini, Sang Bapak memerintahkan anaknya untuk menaiki keledai, sedangkan dia menuntun keledai sambil berjalan kaki. Sang Bapak malu dianggap tega terhadap Anaknya. Tibalah mereka disebuah perkampungan.. Kali ini cibiran yang mereka dapatkan.
“Betapa Durhakanya sang Anak.. !! Dia membiarkan orang tuanya menempuh perjalanan jauh dengan berjalan kaki, sedangkan dia dengan santai menunggangi keledai..”. Cibiran-cibiran itupun membuat mereka segera beranjak meninggalkan kampung itu.

Perjalanan masih jauh.. bisikan, celotehan, dan cibiran membuat mereka kembali berdiskusi. Kali ini keduanya sepakat untuk menaiki keledai selama perjalanan. Tibalah mereka disebuah perkampungan. Dan dikampung ini mereka mendapat ejekan dari warga kampung..
“Lihat betapa kejamnya mereka pada binatang.. Keledai tua harus memikul beban barang ditambah dua orang menungganinya.. apakah mereka tidak kasihan pada keledai tua itu..?!”. Ejekan warga kampung membuat mereka bergegas meninggalkan kampung itu untuk melanjutkan perjalanan.

Kali ini mereka bingung.. apa yang akan mereka hadapi diperkampungan didepan?. Semua metode telah ditempuh, tak ada yang sesuai.. akhirnya mereka memikul keledai bersama dengan barang bawaan. Dan Tentu saja.. diperkampungan selanjutnya mereka disebut “Gila...!!!!”.

.....


Cerita diatas mungkin gambaran ekstrim bagaimana seseorang berusaha beradaptasi dengan lingkungannya. Akan tetapi, tanpa kita sadari banyak hal yang sebenarnya kita kompromikan. Entah mengarah kepada kebaikan atau malah menuju jurang kehancuran.

Beberapa orang terkadang terlalu sibuk mendengarkan “apa kata orang”, sehingga terkadang lupa bagaimana yang benar. Beberapa orang lainnya sibuk menyesuaikan diri untuk bertahan ditengah-tengah lingkungannya. Awalnya mungkin hanya sedikit bertoleransi, segan untuk tidak sama dengan pemikiran kebanyakan orang dilingkungannya, atau sekadar enggan untuk terlihat sedikit berbeda, mungkin pula jengah dan bosan dengan perdebatan. Dan yang terjadi selanjutnya adalah.. “ikut arus”.

Saya sendiri tak berani berspekulasi atau sekadar berangan-angan,
“Apa yang akan terjadi jika saya berada di posisi serupa?”.

Saat ini jika ditanya, tentu saya (dengan penuh idealisme) menjawab “tidak, saya berbeda.. saya akan membuat perubahan...”.
Tetapi jika saya dihadapkan dengan permasalahan serupa, dengan begitu banyak tekanan dan godaan.. lagi-lagi saya jawab, saya tak mau berangan-angan sejauh itu..
Satu hal, saya hanya bisa bersyukur dengan keadaan saat ini, mungkin bukan seperti yang diimpikan, tetapi saya yakin ini merupakan rancangan terbaik dari yang Maha Kuasa. Tak masalah menjadi seperti orang asing.. toh hidup adalah sebuah perjalanan. Untung saya bukan orang.........

Begitulah metode yang kita gunakan untuk berinteraksi dengan lingkungan disekitar kita.
Adaptasi yang kita lakukan berupa pilihan sulit..
Antara memberi warna atau noda..
Antara melakukan perubahan atau dirubah..




Publikasi pertama 23 mei 2010

0 comments:

Post a Comment

 
Real Estate © 2010 Template design by Justinwoodie.com. Powered by Blogger.