Bienvenue......Selamat datang

hai.. selamat datang di "Our Pandora", disini rie jadi editor nya.
klo mau tau penulis aslinya.. just klik about page

Cerita tentang Elang dan Ayam

by Salty Fish
Sunday, July 12, 2009 at 10:16pm

“Jangan main disitu… ! Banyak Polisi… Nanti ditangkap Polisi Lho..”  Teriak seorang ibu yang terlihat kewalahan mengejar anaknya yang berlarian di tepi pantai.
Mendengar teriakan ibunya, sang anak pun berhenti berlari dan kemudian berbalik kearah ibunya..

Lagi-lagi sebuah potret keseharian pendidikan anak yang sering terjadi dan terkesan lumrah.
Cerita sederhana yang kebetulan saya tangkap beberapa waktu yang lalu di tengah-tegah kemeriahan rangkaian acara peringatan hari jadi kota Tanjungpandan yang diselenggarakan di pantai Tanjung Pendam.

“Bahaya… anak-anak koq diajari takut Polisi..” celetuk seorang teman yang kebetulan juga mengamati kejadian itu.
“Pola yang salah tuh.. Jangan lakukan hal yang sama..” jawab saya sekenanya.



Saya kemudian teringat beberapa cerita dongeng yang dulu pernah dibaca.
Salah-satunya adalah dongeng dengan happy ending tentang “Bebek Buruk Rupa”.
Cerita itu tentang telur angsa yang dierami oleh induk bebek dan menetas bersama bebek-bebek lainnya. Bebek dengan penampilan berbeda ini dianggap buruk rupa, sehingga dikucilkan oleh kawanannya.
Singkat cerita dikemudian hari si-bebek buruk rupa tumbuh dewasa menjadi Angsa dewasa yang rupawan, dan diakhir cerita hidup berbahagia bersama kawanan angsa lainnya.
Cerita dengan Happy ending seperti itu merupakan dongeng yang biasanya sering diceritakan.

Ini kisah yang sedikit berbeda. Saya pernah membaca cerita sejenis dengan ‘Ending’ yang bisa dibilang tidak menggembirakan.
Sebuah cerita tentang telur Elang yang jatuh dan dierami induk ayam. Telur elang ini kemudian menetas bersama anak-anak ayam dan didik sebagai seekor ayam.
Anak ayam didik agar tak jauh dari kawanannya, anak ayam didik untuk mencari makan dengan mengais-ngais tanah untuk mencari biji-bijian. Mereka tidak pernah diajarkan bagaimana caranya terbang. Anak ayam ditakut-takuti dan tak boleh bermain ditanah lapang, karena mereka akan menjadi incaran para elang.
Anak ayam dilarang bermain didekat sungai karena meraka tak bisa berenang dan akan mati tenggelam.

Singkat cerita telur elang yang dierami, menetas, dan didik sebagaimana anak ayam ini pun tumbuh dewasa sebagai seekor ayam.
Sayap-nya kaku tak bisa terbang, karena dia tak pernah diajarkan untuk terbang.
Dia tak pernah berani bermain ditanah lapang karena takut menjadi incaran para elang.
Paruh-nya tumpul karena hanya dipakai untuk mematuk tanah dan bebatuan, tak sekalipun digunakan untuk mencabik-cabik mangsanya.
Cakar-nya pun tak panjang dang cengkraman kaki-kakinya tak kuat, karena hanya diajarkan untuk mengais tanah dan bebatuan. Tak sekalipun dia berani bermain ditepian sungai, karena dia takut mati tenggelam. Dia pun menjadi tua dan mati sebagai ayam.

Telur Elang yang memiliki Gen Penguasa angkasa tak berkembang sebagaimana potensinya karena dia hanya didik sebagai ayam.

Memang sulit untuk dapat mengetahui potensi dan ‘skill’ apa yang terpendam didalam diri seseorang. Sedikit memberikan jalan dan arahan untuk lebih berani mungkin akan sangat bermanfaat.
Akan tetapi, ketakutan, ketidak tahuan, ditambah dengan ketidak sabaran dalam mengarahkan menjadi perpaduan yang biasa tetapi sering berbuah binasa.

Kalimat sederhana yang mengarahkan seperti “Ayo.. dipakai Helm-nya.. nanti ditangkap Pak Polisi Lho..”, terkadang berbuah ketakutan berlebihan kepada polisi, atau malah menjadi kebiasaan patuh hanya karena ada polisi saja. Banyak juga orang dewasa penakut yang takut hantu lantaran ketika kecil dia mungkin ditakut-takuti dengan hantu. Sebagian lagi menjadi trauma, misalnya takut akan jarum suntik karena ketika nakal anak-anak sering ditakuti dengan kalimat “Hayoo… kalau nakal nanti disuntik sama dokter lho..” Pembelajaran dengan takut salah membuat seseorang tak pernah berani untuk mencoba. Mereka mungkin mempunyai potensi sebagai seorang Polisi, Dokter, atau lebih dari itu. Hanya saja mereka justru didik untuk takut bukan untuk berani.

Terkadang terasa sulit dan berat untuk mengarahkan tanpa menakut-nakuti, tetapi pembelajaran dengan memberikan pemahaman adalah yang terbaik agar tak mematikan potensi yang dimiliki. Pemahaman mengapa sesuatu layak atau tak layak untuk dikerjakan, ditambah sedikit motivasi untuk lebih berani untuk mencoba, menjadikan potensi yang dimiliki dapat lebih tergali, atau bahkan melampaui ekspetasi.
Bagaikan Elang yang menguasai angkasa, bukan ayam yang takut mati..

You're Not Chicken?? Are you??

0 comments:

Post a Comment

 
Real Estate © 2010 Template design by Justinwoodie.com. Powered by Blogger.